Cheng HO Palembang

Masjid Islam Muhammad Cheng Ho Sriwijaya di Jakabaring

Awalnya Sokongan Rp100 juta, Gabungkan Beragam Budaya

Setelah melalui proses pembangunan panjang sejak tiga tahun lalu, Masjid Islam Muhammad Cheng Ho Sriwijaya kini masuk proses finishing. Bahkan, kemarin secara perdana sudah digunakan salat Jumat berjemaah.

---------------

MARTHA HENDRATMO-Palembang

---------------

PERESMIAN pemakaian perdana Masjid Cheng Ho kedua di Indonesia (setelah Surabaya, red) ini dilakukan Gubernur Sumsel diwakili Asisten III Bidang Kesejahteraan Rakyat Dr H Aidit Azis. Hadir pada peresmian itu, sekitar 2.000 jemaah, mulai dari bapak, ibu-ibu, remaja hingga 500 anak panti asuhan.

Hadir mantan menteri agama RI Prof Dr H Said Agil Al Munawar, Wawako H Romi Herton SH MH, KH Zen Syukri, Kakanwil Depag H Mal’an Abdullah dan dua alhafidz dari Banten dan Bandung yaitu H Muchtar Fatawi MPdI dan H Ahmad Farizi SQ MSi.

H Karim Hasan, bendahara Pembina Iman Tauhid Islam (PITI) Sumsel menceritakan kembali ide pembangunan Masjid Cheng Ho ini. Katanya, semua berawal ketika kepengurusan PITI dua periode sebelumnya, berkunjung ke Surabaya dan mampir di Masjid Cheng Ho Surabaya.

“Nah, setelah itu timbullah niat untuk mendirikan Masjid Cheng Ho di Palembang,” ujarnya. Sekitar 15 orang perintis dari berbagai kalangan kala itu mulai memikirkan biaya untuk memulai pendirian masjid ini. “Ketika itu, semua sepakat sokongan. Akhirnya, terkumpullah uang sekitar Rp100 juta. Setelah itu, barulah sumbangan dari berbagai pihak, tak hanya muslim tapi juga nonmuslim yang peduli,” cetus Karim. Karena lokasinya belum ada, pengurus PITI Sumsel kemudian menghadap Gubernur Sumsel, masa H Rosihan Arsyad, serta berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait.

“Akhirnya, Amen Mulia menghibahkan tanah kepada pemerintah dan pemerintah menghibahkannya kepada kita yaitu tanah di sini untuk dibangun Masjid Cheng Ho,” beber Karim. Sebelum itu, sempat ada rencana untuk mendirikan Masjid Cheng Ho di kawasan Seberang Ilir, tepatnya arah simpang Patal.

Pengerjaan master plan pembangunan masjid sendiri sempat molor hingga satu tahun. Peletakan batu pertama berlangsung 16 Juni 2005. Pada 1 September 2005, dilakukan pemancangan tiang pancang masjid.

Ketua PITI Sumsel periode 2008-2011, H Ahmad Afandi, didampingi salah seorang arsitek pembangunan masjid Ir Junaidi, mengatakan, Masjid Islam Muhammad Cheng Ho dapat menampung sekitar 2.000 jemaah. Arsitektur masjid menggabungkan kebudayaan asli Palembang, Islam, Tionghoa, dan Timur Tengah. Contohnya, kubah masjid meniru kubah Masjid Nabawi di Medinah, dua menara setinggi 17 meter pada sisi kanan kiri masjid menonjolkan arsitektur Tionghoa. “Liukan pada atap menara mirip pagoda. Keliling menara juga segi delapan yang mirip pat kwa,” katanya.

Keseluruhan, luas masjid sekitar 625 meter persegi. Dengan empat kubah kecil pada keempat ujung bagian atas masjid berlantai dua ini mengelilingi kubah utama. Diameter kubah utama mencapai 12 meter dengan tinggi sekitar enam meter.

Luas areal masjid sendiri 4.995 meter persegi. Perpaduan warna merah yang menjadi ciri khas Tionghoa dan hijau begitu mencolok di pandangan mata. Secara umum, masjid Islam Muhammad Cheng Ho Sriwijaya akan lebih luas dari Masjid Cheng Ho yang ada di Surabaya. Bisa dikatakan kalau Masjid Cheng Ho di Palembang ini adalah yang terbesar yang pernah ada di Indonesia.

Menurut Afandi, setelah bangunan utama masjid selesai, akan dibangun pula kantor sekretariat dan gedung serba guna serta perpustakaan. “Kita ingin masjid ini makmur dengan melaksanakan salat fardu, salat sunat, dan sejumlah kegiatan keagamaan lainnya,” tuturnya. Keinginan bersama agar Masjid Cheng Ho ini menjadi pusat keagamaan. Termasuk bagi mualaf darimana pun yang ingin memperdalam ilmu agama Islam. Rencana lain, pada ujung bagian atas kubah utama masjid akan dipasang lafaz Allah yang bersinar dengan lampu ‘tembak’ ke udara.

Wawako Palembang, H Romi Herton SH MH mengaku kagum dengan arsitektur bangunan masjid Islam Muhammad Cheng Ho Sriwijaya. Ia berharap semua pihak dapat memakmurkan masjid ini dengan syiar Islam di Palembang. “Masjid ini milik bersama yang harus dimakmurkan dan menjadi tempat untuk menyebarluaskan serta memperdalam keIslaman kita,” imbuhnya. Saat ini, masih dibutuhkan dana sekitar Rp1 miliar guna penyelesaian masjid. (*)

Comments